Puncak Tambora tetap menggetarkan, meskipun puncaknya terpotong saat meletus pada April 1815 sehingga tinggi gunung itu menjadi 4200 meter. Letusan dahsyat tersebut menandai era kelam Bima-Dompu.
Terkadang, jika cuaca cerah, pesawat dari Bandara Salahuddin ke Selaparang melewati Tambora. Tampak tebing batu yang mengelilingi lubang kaldera. Warnanya coklat tua, membuatnya tampak garang.
Siang itu cuaca memang cerah. Langit di puncak Tambora yang terang benderang menampilkan secara detail lubang kaldera. Dari atas sekilas seperti wajan raksasa. Garis tengah lubang di puncak lk 6 km dan dalamnya 600-700 meter. Dengan kaldera seluas itu tergambar jejak kengerian letusan hampir 200 tahu silam.
Dari lobang kaldera itulah dulu dimuntahkan debu, bebatuan hingga lahar panas. Debu memasuki atmosfis dan memanggangnya dengan suhu mencapai 800 derajat Celcius. Bencana pun susul-menyusul di darat dan udara.
Karena atmosfir tertutup awan debu lantas muncul anomali cuaca. Langit gelap gulita sampai beberapa bulan. Ini membawa bencana bagi pertanian. Tanaman pangan hancur, yang menyebabkan kelangkaan bahan makanan. Kelaparan dan penyakit pun mewabah.
Di sekitar kawasan bencana, banjir lahar menyapu pemukiman di sekitarnya. Tak tanggung-tanggung, tiga kerajaan lenyap ditelan banjir lahar panas. Kerajaan Pekat dan Tambora seperti kisah Pompei di Itaia, tenggelam setelah dihujani letusan selama beberapa hari. Kerajaan Sanggar langsung bangkrut. Kerajaan Bima dan Dompu kocar-kacir karena epidemi kelaparan.
Sepuluh detik di puncak menorehkan kesan mendalam di hati penumpang. Pemandangan Tambora pelan-pelan menghilang namun setiap orang yang memandangnya seperti terhisap memasuki lorong panjang, menemukan jejak spiritualitas gunung itu. Terasa gunung itu menyembunyikan banyak rahasia.
Letusannya bukan sekadar peristiwa alami biasa tapi sebuah momen kebangkitan. Dia membuka jalan perubahan, menghancurkan keburukan untuk membangun kebaikan. Tambora mau membangunkan penguasa Bima, Dompu, Sanggar, Pekat dan Tambora dari tidur taklid mereka yang panjang. ***
==========================================================
==========================================================
0 Komentar:
Post a Comment
Hal penting saat berkomentar :
1. Baca artikelnya, lalu beri komentar yang sesuai dengan tema.
2. Terima Kasih Atas Kunjungan Anda....